Kamis, 27 Oktober 2011

Sang Pemburu Berita

Sang Pemburu Berita


Gunung Lokon Meletus

Posted: 26 Oct 2011 06:37 AM PDT


Gunung Lokon di Sulawesi Utara kembali meletus Rabu (26/10/11) sekitar pukul 17.19 Wita setelah terjadi rentetan peningkatan kegempaan vulkanik sejak Selasa (25/10/11).

"Memang sejak semalam terjadi peningkatan aktivitas kegempaan dan diakhiri dengan letusan," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina, di Tomohon.

Letusan Gunung Lokon dikatakan Farid, memuntahkan material pijar dan debu dengan ketinggian sekitar 1.200 meter.
[ant]

Tokoh di Balik Kerusakan Indonesia - 14

Posted: 25 Oct 2011 07:30 PM PDT

Pater Beek.
Tokoh di belakang layar kadangkala tampil juga ke hadapan publik. Bukan untuk mendeklarasikan dirinya sebagai mastermind dari suatu kejadian, melainkan untuk memantau, mengendalikan, dan memastikan bahwa apa yang telah didesainnya berjalan sesuai track yang benar.

Dalam buku 'Pater Beek, Freemason dan CIA', Sembodo menjelaskan, kala gerakan KAMI semakin membesar untuk menggulingkan Soekarno, Pater Beek muncul di antara para demonstrannya di jalan-jalan raya di Jakarta. Richard Tanter bahkan menyatakan begini soal kemunculan Beek di tengah orang-orang yang dikerahkannya itu;

"Keterlibatan aktif Beek pada masa itu secara fisik dalam demonstrasi-demonstrasi di jalan raya Jakarta, sehingga nyaris menyelubungi latar-belakangnya sebagai orang asing".

Dengan kata lain, Beek muncul ke hadapan publik dengan cara menyamar, sehingga orang-orang tak dapat mengenali kalau dia sesungguhnya bukan pribumi. Luar biasa!

Strategi KAMI untuk menggulingkan Soekarno sangat halus. Pada awal gerakan, organisasi ini seolah-olah mendukung sang the founding father dan hanya menuntut pembubaran PKI. Akan tetapi, ketika Soekarno tidak memedulikan tuntutan itu, maka strategi diubah. Mereka mulai melancarkan perang terbuka terhadap Soekarno dengan cara menggelar demonstrasi secara bertubi-tubi untuk mendesak Soekarno mengundur diri sebagai presiden. Soekarno tentu saja naik pitam dan meminta agar KAMI dibubarkan.

Saat KAMI terpojok begini lah Beek mengefektifkan sel-selnya yang telah ditanam di pemerintahan. Dalam buku berjudul 'Army and Politics in Indonesia', Harold Crouch memaparkan, alih-alih membubarkan KAMI, Soekarno justru memindahkan markas organisasi itu dari kampus UI ke Komando Tempur II Kostrad dimana Opsus (Operasi Khusus) yang dipimpin Ali Mutopo berkantor. Maka, seperti mendapat perlindungan, pemimpin KAMI seperti Cosmas Batubara menjadi aman di sana. Bahkan dari sana pula gerakan KAMI dapat 'dikendalikan' oleh Ali Murtopo, dan kembali dikobarkan.

Dalam bukunya, Harold Crouch menulis, Ali Murtopo tidak sendiri dalam mengobarkan kembali aksi KAMI itu, tapi dibantu oleh Kemal Idris dan Sarwo Edhi. Bahkan agar terkesan gerakan KAMI mendapat dukungan luas dari masyarakat dan jumlah peserta demonstrasi semakin lama semakin banyak, Ali Murtopo membagi-bagikan jaket kuning yang serupa dengan jaket almamater UI, kepada mahasiswa dari kampus lain agar mereka dapat ikut serta berdemo. Crouch menyebut, jaket itu berasal dari CIA.

Tentang pembagian jaket almamater UI palsu itu diungkap Manai Sophian dalam buku 'Bayang-bayang PKI'. Katanya:

"Saya punya dua jaket kuning yang didatangkan dari Hawai itu. Saya simpan, akan saya kasih tunjuk kalau ada orang yang tidak percaya. Jaket kuning itu dipakai anak-anak sekolah di Amerika menjelang musim dingin dan dipakai juga oleh sheriff. Lantas didatangkan ke sini. Dan oleh Ali Murtopo disuruh dibagi-bagikan. Jaket kuning ini memang bukan jaket kuning UI".

Ketika akhirnya Soekarno benar-benar membekukan KAMI, Ali Murtopo membentuk dua organisasi baru untuk melancarkan demonstrasi anti-Soekarno selanjutnya, yaitu KAPPI dan Laskar Arif Rahman Hakim. Demonstrasi besar-besaran ini lah yang memaksa Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar), surat yang aslinya hingga kini masih misterius keberadaannya, dan menjadi pertanda awal kejatuhan sang the founding father.
(bersambung …)

Khadafi Berakhir Seperti Hitler

Posted: 25 Oct 2011 07:22 PM PDT

Khadafi saat berhaji.
Akhir hidup Muammar Khadafi agaknya sama dengan diktator pencetus Perang Dunia II, Hitler. Pasalnya, pada 25 Oktober lalu mantan penguasa Libya yang tewas akibat ditembak pada bagian kepalanya itu dimakamkan di gurun pasir bersama putranya, Mutassim. Namun, dimana Khadafi dimakamkan sangat dirahasiakan. Bahkan yang memakamkan pun diwajibkan tutup mulut. Maka seperti makam Hitler, dimana makam Khadafi pun akan menjadi misteri.

Wakil ketua dewan pemerintah di Misrata, Sadiq Badi, mengatakan, pemakaman Khadafi dilakukan sesuai tata cara Islam. "Seperti kami memakamkan orang Muslim lainnya. Itu (pemakaman) lebih dari yang bisa dia berikan pada kami, tetapi kami memberinya akhir yang terhormat," kata Badi seperti dilansir Guardian.

Pada Senin (24/10), tiga ulama dan tiga anggota keluarga Khadafi dan Younis dikeluarkan dari penjara di Misrata ke sebuah gedung di pinggiran kota itu. Keenam orang itu kemudian diminta memandikan tiga jasad tersebut.

Dua putra Younis, Osma dan Younis, memandikan ayah mereka. Sementara cucu adik perempuan Khadafi, Sharif al-Khadafi, ditugaskan untuk memandikan Khadafi dan Mutassim.

Dewan Transisi Nasional (NTC) menolak permintaan dari suku Khadafi di Sirte untuk menyerahkan jenazah pemimpin mereka itu. Permintaan serupa dari istri Khadafi, Safia, dan putrinya, Aisha, juga ditolak.

Tiga ulama yang hadir pada pemakaman itu adalah orang-orang yang setia pada Khadafi sampai akhir. Mereka ditangkap bersama Khadafi kemudian dipenjarakan. Mereka adalah Khaled Tantoush, Medina Shwarfa, dan Samira Jarousi.

"Saya tidak merasakan apa-apa saat memandikan dia. Saya hanya melakukan tugas sebagai seorang Muslim. Dia manusia dan seharusnya dimakamkan secara layak," kata Tantoush.

Ketiga jenazah orang-orang yang pernah sangat berkuasa di Libya itu kemudian dikafani sebelum dibawa ke sebuah lokasi rahasia di gurun.

Menurut Dailymail, dua sepupu Khadafi, Mansour Dhao Ibrahim dan Ahmed Ibrahim, mengantar Khadafi saat pemakaman itu. Ketika Khadafi berkuasa, Ahmed Ibrahim adalah pemimpin People's Guard, kesatuan yang ditakuti di Libya.

Dua anggota NTC menjadi saksi saat Khadafi, Mutassim, dan Younis diturunkan ke liang lahat. Orang-orang yang hadir disumpah secara Islam untuk merahasiakan lokasi makam.

Ada dua alasan untuk itu. Mereka tidak ingin makam itu dikeramatkan orang-orang yang setia pada Khadafy atau dirusak oleh orang-orang membencinya.

(sumber; Kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar