Senin, 24 Oktober 2011

Sang Pemburu Berita

Sang Pemburu Berita


Tokoh di Balik Kerusakan Indonesia – 12

Posted: 22 Oct 2011 07:53 PM PDT

Aad van den Heuvel.
Selama kurun waktu antara 1965-1973, Aad van den Heuvel kerap wara-wiri ke Indonesia untuk meliput gejolak politik di negara kepulauan ini. Jika ditugaskan ke Indonesia, biasanya memakan waktu satu atau dua bulan. Dalam kurun waktu inilah Heuvel bertemu Pater Beek dan mewawancarainya.

Soal pertemuannya dengan Beek, Heuvel memaparkan begini;

"Pada perjalanan saya yang pertama ke Indonesia, saya berkenalan dengan dia (Pater Beek), bersama-sama rekan Ed van Westerloo. Kami melakukan kontak dengan dia melalui seorang misionaris-Pater Wolbertus Daniels, yang telah menyelesaikan masa magangnya di KRO dan akan mendirikan radio di Indonesia. Pater Wolbertus meminta kepada kami untuk langsung bertanya kepada pastur yang mengetahui, bila ingin mengetahui kondisi politik, yang bertempat tinggal di Gunung Sahari, Jakarta. Di sana kami mendengar cerita dalam kejutan yang terus bertambah. Selanjutnya, setiap tahun kami mengunjunginya. Bisa dikatakan dia sudah menjadi informan kami yang terpenting. Pada kenyataannya, dia adalah wakil pihak ketiga".

Bagi wartawan KRO itu, bertemu Pater Beek bagaikan sebuah berkah karena darinya, dia mendapatkan informasi-informasi maha penting dan eksklusif. Ini diakui sendiri oleh Heuvel dengan pernyataannya yang sebagai berikut;

"Bagi para wartawan KRO, sang pastur (Beek) benar-benar merupakan berkah yang jatuh dari langit. Ia dapat menyingkapkan masalah-masalah tidak hanya sekedarnya saja. Sepanjang pertemuan-pertemuan tersebut, kami menandai bahwa dia adalah otak dari pembalikan itu. Misalnya, apabila kami ingin bicara dengan Opsus-sejenis dinas rahasia- maka dia dapat membuatnya menjadi mungkin".

Maka, sejak laporan-laporan Heuvel mengudara di Belanda, dan kemudian dituangkan dalm buku, kekejian dan kelicikan Pater Beek dalam tragedi G-30S/PKI, tragedi paling mengenaskan dalam sejarah negeri ini, serta kejadian-kejadian yang mengikutinya, mulai terkuak. Tak ayal, buku Heuvel menjadi pergunjingan di Belanda. Sayang, pemerintah Indonesia hingga kini sama sekali tidak meneliti secara lebih mendalam isi buku itu agar sejarah bangsa ini menjadi terang benderang. Entah, apakah karena setelah era Orde Baru tumbang pada 1998, pemerintah memutuskan untuk tetap menyembunyikan identitas orang itu, atau ada alasan lainnya. Bahkan buku-buku tentang G-30S/PKI yang telah diterbitkan pun semuanya tidak ada yang menyinggung secara detil dan komprehensif soal peranan Beek dalam tragedi yang menewaskan ribuan orang itu, termasuk sejumlah jenderal yang mayatnya dibenamkan dalam sebuah sumur di Lobang Buaya, Jakarta Timur.

Saat diwawancarai Heuvel, Beek mengaku kalau ia sangat prihatin terhadap komunisme dan Islam di Indonesia yang menurutnya sudah membahayakan. Oleh karena itu, ia berniat "menyelamatkan" minoritas Katolik di Indonesia.

Dari pernyataan ini saja sulit membantah bahwa Beek tidak memiliki peranan apa-apa dalam tragedi G-30S/PKI yang berujung pada penggulingan Soekarno dan naiknya Soeharto menjadi presiden kedua RI. Apalagi karena dalam buku berjudul 'Tionghoa dalam Pusaran Politik', Benny G. Setiono antara lain menulis begini;

"Pater Beek, menurut pengakuannya sendiri kepada Oei Tjoe Tat, menjadi otak dan konseptor pendongkelan Presiden Soekarno karena ia sangat membenci komunisme …"

Selain itu, dalam artikel yang diterbitkan harian Belanda, De Telegraaf, pada 20 Juli 1993, Jos Hagers mengatakan bahwa Pater Beek adalah otak kudeta 1965 yang bertujuan untuk memancing perebutan kekuasaan oleh Jenderal Soeharto dan memungkinkan pendongkelan Presiden Soekarno.
(bersambung …)

Tembok Besar China Terancam Roboh

Posted: 22 Oct 2011 07:43 PM PDT

Salah satu dari tujuh keajaiban dunia, Tembok Besar China, saat ini terancam roboh akibat maraknya aktivitas penambangan di sekitarnya. Tragisnya, selain dilakukan secara ilegal, penambangan di sekitar tembok yang memiliki panjang 6.400 kilometer dan melintasi 11 provinsi China itu juga dilakukan secara legal.

Seperti dikutip VIVAnews dari laman Reuters, Sabtu (22/10/2011), tembok terpanjang yang pernah dibuat manusia itu terancam ambrol. Salah satunya bagian tembok yang berada di desa Laiyuan, Provinsi Hebei, 200 kilometer barat daya Beijing. Tembok yang melewati desa ini letaknya memang jauh dari tempat wisata yang paling sering dikunjungi turis seperti di dekat Beijing.

Di Desa Laiyuan itu, kini terdapat puluhan tambang kecil. Jaraknya hanya 100 meter dari dinding tembok yang kokoh itu. Para penambang menggali tanah di sekitarnya untuk mencari tembaga, besi, dan nikel. Akibat aktivitas tersebut, stabilitas dinding yang telah berusia berabad-abad lamanya menjadi terganggu.

"Karena banyak dari penambang tersebut memiliki izin resmi, maka pihak konservasi tidak dapat melakukan apa-apa," kata Wakil Ketua Umum Great Wall Society, Dong Yaohui.

Menurut Dong Yaohui, izin resmi penambangan tersebut dikeluarkan oleh biro sumber daya mineral pemerintah daerah setempat (Laiyuan) tanpa berkonsultasi dengan Departemen Warisan Budaya. Selain itu, surat izin itu dikeluarkan tanpa mempertimbangkan keberadaan tembok China yang telah mendatangkan jutaan turis setiap tahun.

Selama ini, Biro Sumber Daya Mineral Laiyuan berdalih penambangan tersebut hanya menimbulkan sedikit kerusakan. Mereka justru menuduh para penambang ilegal yang merusak kawasan tersebut. Selain itu, mereka mengklaim kerusakan itu dapat diperbaiki dengan dana perbaikan yang dikucurkan setiap tahun.

"Masalah utamanya bukan uang, melainkan cukup mengeluarkan peraturan yang menyatakan penggalian untuk pertambangan tidak dapat dilakukan dalam radius tertentu di sekitar tembok besar China. Maka Anda tidak perlu mengeluarkan biaya apa pun untuk memperbaiki tembok yang roboh," pungkas Dong Yaohui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar