Commuter Line Tabrak Truk Pertamina, 5 Orang Tewas Posted: 09 Dec 2013 05:43 AM PST SANGPEM – Kecelakaan fatal kembali menimpa sarana transportasi di negara kita setelah sebuah Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line jurusan Serpong – Tanah Abang menabrak sebuah truk tangki bermuatan BBM jenis premium berkapasitas 24 kiloliter di perlintasan kereta api Bintaro Permai, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (9/12/2013) pukul 11.20 WIB. Lima orang tewas dan 91 orang luka-luka dalam kejadian ini. Informasi yang dihimpun menyebutkan, sesaat sebelum kejadian, sirene di perlintasan telah berbunyi menandakan kalau ada kereta yang akan melintas, namun seperti dituturkan Kaplosek Persanggarahan kepada Metro TV, Kompol H Deddy Arnadi, hanya palang pintu di sebelah utara yang turun dan menutup perlintasan, sementara yang di sebelah selatan tidak.
Belum jelas benar apa yang terjadi selanjutnya, namun sejumlah sumber meyakini kalau saat pintu di sebelah selatan tidak menutup perlintasan, truk tangki milik PT Pertamina dengan nomor polisi B-9265-SEH yang mengangkut 24 kiloliter BBM jenis premium, menerobos perlintasan dan persis saat itu KRL Commuter Line KA 1131 yang menarik delapan gerbong, datang dari arah Serpong menuju Tanah Abang.
Tak ayal, truk tertabrak dengan amat keras hingga terpelanting ke tepi rel, dan meledak. Bola api yang terlontar, menyambar gerbong pertama KRL dimana masinis berada, dan guncangan keras yang ditimbulkannya membuat gerbong pertama yang merupakan gerbong khusus wanita, anjlok dan terguling dari rel. Gerbong itu menimpa sebuah motor yang melaju di jalanan, dan motor itu ikut tersambar bola api, serta terbakar.
Kepanikan melanda para penumpang, khususnya yang berada di gerbong pertama. Terlebih setelah itu terdengar ledakan susulan yang diperkirakan sebanyak dua kali.
Victoria, seorang penumpang di gerbong pertama yang luka ringan, mengatakan, sebelum tabrakan terjadi dirinya mendengar suara derit dari roda-roda kereta yang mengesankan kalau sepertinya masinis sempat berupaya menurunkan kecepatan laju keretanya.
"Tapi setelah itu terdengar suara tabrakan dan ledakan. Kemudian kacau," katanya.
Victoria dan para penumpang lain menyebut, saat kejadian gerbong pertama yang mereka tumpangi dalam kondisi lumayan penuh, dan setelah gerbong terguling, pintu gerbong tak ada yang terbuka secara otomatis, sehingga mereka semua saling tumpang tindih ke sisi dimana arah gerbong terguling.
"Saya sempat tertendang-tendang dan terinjak-injak," keluh Victoria.
Warga yang melihat kejadian tragis ini, berlarian datang untuk menyelamatkan para pernumpang di gerbong itu. Mereka memecahkan kaca jendela dengan menggunakan batu dan benda keras lainnya, dan kemudian menarik para penumpang ke luar satu per satu dari dalam gerbong.
Sayang, api yang menjalar dari truk yang meledak, terlanjur membakar gerbong itu, sehingga penumpang yang terlambat ditolong, tewas.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto dalam pesan singkatnya kepada wartawan menjelaskan, kejadian ini mengakibatkan lima orang meninggal dunia, 9 orang luka berat, dan 82 orang luka ringan. Sebagian besar dari para korban mengalami luka bakar.
Kelima korban yang meninggal adalah Darman Prasetyo (masinis kereta), Suroso (asisten masinis), Sofyan Hadi (teknisi PT Kereta Api Indonesia), Rossa (penumpang), dan seorang pria yang identitasnya belum diketahui, namun diduga kuat merupakan pengendara motor yang tertimpa gerbong pertama saat gerbong itu anjlok. Kelimanya meninggal dengan tubuh hangus. Evakuasi Darman, Suroso dan Sofyan bahkan membutuhkan waktu sekitar tiga jam karena jenazah ketiganya terjepit ruang kemudi yang ringsek usai menabrak truk tangki bermuatan premium.
"Jenazah ketiganya ditemukan dalam keadaan bertumpukan," ujar seorang petugas Pemadam Kebakaran yang membantu evakuasi jenazah ketiganya.
Calon penumpang terlantar
Peristiwa yang terjadi di Bintaro ini mengganggu kelancaran operasional KRL Commuter Line jurusan Serpong-Tanah Abang dan sebaliknya. PT KAI (Kereta Api Indonesia) Commuter Line (KCL) menyebut, 128 jadwal keberangkatan kereta terpaksa dibatalkan karena rel tempat dimana kecelakaan terjadi, tak dapat dilintasi. Hal ini membuat para calon penumpang yang telah menunggu di stasiun-stasiun di sepanjang rute tersebut, terlantar.
"Kami sangat prihatin atas kejadian ini, tapi memang seharusnya di perlintasan yang selalu ramai seperti itu harus ada flyover(jalan layang) agar ke depan kejadian seperti ini tak terulang," ujar Humas KCL Eva Chaerunnisa kepada Metro TV.
Hingga kini polisi masih menyelidiki penyebab peristiwa ini bersama KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transportasi), sementara PT KCL mengatakan, pihaknya menanggung semua biaya pengobatan para korban luka, dan akan memberikan santunan kepada keluarga korban yang meninggal. |