Sang Pemburu Berita |
Tokoh di Balik Kerusakan Indonesia - 11 Posted: 21 Oct 2011 06:53 PM PDT
Soekarno, lelaki flamboyan kelahiran Blitar, Jawa Timur, memang tak dapat dilepaskan dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sejak mahasiswa, ia telah terlibat dalam perjuangan anti-kolonialisme, sehingga sempat merasakan pengapnya penjara Sukamiskin dan beberapa tempat pembuangan. Sepak-terjangnya pun banyak yang kontroversial. Ketika Jepang menjajah Indonesia, ia 'bekerja sama' dengan negeri Matahari Terbit itu, sehingga ribuan rakyat Indonesia dikirim ke kamp kerja paksa romusha. Setelah Indonesia merdeka, ia dan Bung Hatta bekerja sama menyingkirkan Muso, sahabatnya sendiri ketika masih di Surabaya. Memasuki usia 50-an, ia mulai berseberangan dengan Hatta, sehingga pasangan yang beken disebut Dwi Tunggal itu retak, dan 'bermesra-mesraan' dengan komunis. Ia pun akhirnya terjungkal dari tampuk kekuasaan dengan cara yang amat menyedihkan. Peran Soekarno pada 1950-1960-an dalam jagat perpolitikan internasional terbilang cukup menonjol. Bersama Nehru, Castro, Tito dan yang lainnya, ia memelopori berdirinya poros baru di luar poros Amerika Serikat (AS) dan sekutu-kutunya (Blok Barat), serta Uni Soviet bersama konco-konconya (Blok Timur). Poros itu kemudian dikenal dengan sebutan Non Blok. Poros baru ini menentang segala bentuk kolonialisme, namun kemudian banyak yang melihat, terutama AS dan antek-anteknya, bahwa orientasi politik Soekarno cenderung ke kiri alias ke Blok Timur. Ini tercermin dari program nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing yang berada di Indonesia, kampanye ganyang Malaysia dan operasi Pembebasan Irian Barat yang dianggap merugikan kepentingan Barat. Apalagi karena selain merupakan basis utama kristenisasi, kala itu Barat, khususnya AS, telah tahu kalau di bumi Papua terkandung bahan tambang yang melimpah ruah, termasuk emas. Lebih parah lagi, kala itu pun tanpa tedeng aling-aling Soekarno menjalin hubungan baik dengan pempimpin China, Mao Zedong. Tak ayal, Blok Barat kebakaran jenggot. Tentang hal ini, dalam buku berjudul 'Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto', John Rossa menulis begini; "Bagi mereka (AS), Presiden Soekarno merupakan sebuah kutukan. Politik luar negerinya yang bebas aktif (yang dipermanenkan pada Konferensi Asia-Afrika 1955), hujatan berulang kali terhadap imperialisme Barat, dan kesediaannya merangkul PKI sebagai bagian integral dalam politik Indonesia, ditafsirkan Washington sebagai bukti kesetiaan Soekarno kepada Moskow dan Beijing. Einshower dan Dulles bersaudara-Allen sebagai kepala CIA dan John Foster sebagai kepala Departemen Luar Negeri-memandang semua pemimpin nasionalis Dunia Ketiga yang ingin netral di tengah-tengah perang dingin, sebagai antek-antek komunis". Kondisi yang tak menguntungkan ini membuat AS dan konco-konconya mencari cara untuk menyingkirkan Soekarno, sebuah cara yang sangat halus, rapih, dan terkoordinir dengan sangat baik agar pihak luar, bahkan bangsa Indonesia sendiri, tak tahu kalau mereka lah otak penggulingan ini. Cara yang tepat untuk hal ini tentu saja cara yang biasa digunakan intelijen. Maka, menurut Sembodo dalam buku 'Pater Beek, Freemason, dan CIA', CIA pun diberi kepercayaan untuk menyusun rencana penggulingan ini, dan CIA melibatkan semua agennya, terutama Pater Beek. Semula, keterlibatan Beek dalam penggulingan Soekarno hanya dianggap sebagai fiksi belaka, namun setelah Aad van den Heuval, mantan presenter radio dan televise KRO, merilis laporan berjudul 'Dit was Bradpunt, Goedenavond' (Demikianlah, Fokus Kali Ini, Selamat Malam) pada 2005, publik Eropa sekalipun langsung percaya kalau Beek memang terlibat dalam penggulingan itu. Dalam laporan yang didasari hasil penelitian itu, Heuvel dengan yakin memaparkan bahwa penggulingan terhadap Soekarno merupakan hasil kerja sama Beek dengan Soeharto dan dua orang terdekatnya; Ali Murtopo dan Soedjono Hoemardani. Tulisan Heuval ini layak diyakini keakuratannya karena juga didasari hasil wawancara dengan Beek. (bersambung ...) | ||||||||||||||||||||||||
Ini lah Saat-saat Khadafi Dibantai Pemberontak Posted: 21 Oct 2011 06:39 PM PDT
Saat ini, perlakuan para pemberontak terhadap mantan penguasa Libya selama 42 tahun itu dikecam oleh para pemimpin dari seluruh penjuru dunia karena dinilai tidak layak dan tidak manusiawi. Apalagi karena meski merupakan presiden tiran, selama berkuasa Khadafi telah memakmurkan rakyatnya dengan, antara lain, menggratiskan berbagai pelayanan masyarakat. Kecaman terhadap tiran berusia 69 tahun itu bahkan telah membuat pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) setuju untuk menunda penguburan jenazah yang dalam kondisi berantakan tersebut. Menurut Aljazeera, kemarin, NTC terpaksa menunda penguburan Khadafi atas permintaan badan HAM PBB yang mempertanyakan cara Khadafi mati. PBB menyayangkan beredarnya video Khadafi yang terluka dan penuh darah di tengah masyarakat. "Jika dikumpulkan, rekaman itu sangat menganggu," kata Rupert Collville, juru bicara Komisi Tinggi HAM PBB. Saat ini, jenazah Khadafi disimpan di lemari pendingin di kota Misrata. Anggota Senior NTC, Mohamed Sayeh, mengatakan bahwa ada ahli dari PBB akan datang melakukan otopsi dan penyelidikan kematian Khadafi. Kematian Khadafi dirasa janggal. NTC mengatakan Khadafi tewas saat ambulans yang membawanya terjebak di tengah baku tembak antara pasukan loyalis dan anti Khadafi. Namun, sebuah lubang bekas terjangan peluru di pelipis kanannya terlihat sangat rapi, seakan ditembak dari jarak dekat. Hal itu seperti bentuk eksekusi terhadap diktator yang berkuasa 42 tahun di Libya tersebut. Sayeh mengatakan, NTC akan menguburkan Khadafi dengan layak dan sesuai dengan tata cara Islam. Jika terbukti Khadafi mati dieksekusi, NTC telah melakukan pelanggaran hukum. Ini lah kronologis kematin Khadafi yang mengenaskan itu.
|
You are subscribed to email updates from Sang Pemburu Berita To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar