Sang Pemburu Berita |
Indonesia dalam Incaran Mafia China Connection - 1 Posted: 21 Mar 2014 07:48 PM PDT SANGPEM – Tokoh yang satu ini sedang "mengharu biru" bangsa Indonesia dengan kesedehanaan dan gaya kepemimpinannya yang berbeda. Ya, tak ada yang menyangkal bahwa mantan walikota Solo yang kini menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta ini merupakan salah satu tokoh yang sedang sangat melejit, mengalahkan pamor sejumlah politikus yang bahkan lebih senior darinya. Terlebih setelah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada 14 Maret 2014 silam memberinya mandat untuk menjadi capres pada Pemilu Presiden (Pilpres) tahun ini. Ya, Joko Widodo memang tengah menjadi "bintang yang teramat terang". Pamornya melejit dengan cepat setelah diusung PDIP dan Partai Gerindra untuk bertarung di Pilkada DKI Jakarta 2012, berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dan menang. Gaya kepemimpinannya yang mengedepankan pola blusukan dengan dalih agar dapat melihat secara langsung hasil kerja anak buahnya di lapangan, membuat masyarakat Jakarta simpati dan amat mencintai tokoh yang akrab disapa Jokowi ini. Maka, jadilah dia idola baru yang dielu-elukan, diagung-agungkan, dan bahkan menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk dapat menyelesaikan semua persoalan di Jakarta yang tak mampu diselesaikan oleh gubernur-gubernur DKI Jakarta yang sebelumnya, yakni Sutiyoso yang menjabat hingga dua periode (1997-2002 dan 2002-2007), dan Fauzi Bowo yang dikalahkannya pada Pilkada DKI 2012 (periode 2007-2012). Kini, setelah Jokowi menerima mandat dari Mega, anggota "Fans Club" pengusaha meubel yang lahir dan besar di Solo ini sebagian besar kecewa karena janji Jokowi saat dilantik sebagai gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 dengan didampingi Ahok sebagai Wagub, kecewa dan merasa dibohongi. Beberapa dari mereka yang tergabung dalam kelompok organisasi tertentu, berdemo di Balaikota DKI Jakarta, tempat dimana Jokowi berkantor, dan menuntut agar mantan walikota Solo dua periode itu menepati janji dan mengembalikan mandat yang telah diterimanya dari Mega. Namun dapat dipastikan kalau tuntutan itu TAKKAN PERNAH DIKABULKAN! Mengapa? Isu yang Menjadi Nyata Jika dilihat secara awam, kesuksesan Jokowi berkiprah di kancah perpolitikan nasional dalam waktu yang relatif sangat singkat, hanya dua tahun (2012-2014), terkesan wajar, karena dia memang punya "modal" untuk itu. Pertama, dia kader PDIP Solo yang sebelumnya hanya berkiprah di kota kelahirannya itu, namun menang di Pilkada Jakarta dengan lawan teramat berat; incumbent Fauzi Bowo. Kedua, dia memiliki kepribadian yang bersahaja, gaya kepemimpinannya beda, dan dia juga ramah kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk kepada rakyat jelata sekali pun. Maka, jika kemudian menjadi politikus dan pejabat pemerintahan yang dielu-elukan dan diagung-agungkan, adalah sesuatu yang wajar. Apalagi karena sejak zaman Orde Baru sekali pun, Indonesia belum pernah memiliki pemimpin yang seperti ini. Namun jika Anda memiliki akses untuk mendapatkan informasi yang lebih dari sekedar apa yang terlihat oleh mata, Anda akan terkejut, sehingga tak heran jika akhirzaman.info pun berani mengutip dari VOA Islam kalau kesuksesan Jokowi itu bukan hanya karena faktor kepribadiannya, namun karena merupakan hasil dari sebuah grand design dari kelompok Mafia China Connection untuk menguasai Indonesia (SELENGKAPNYA KLIK DI SINI). Sebenarnya, apa yang terjadi saat ini, dimana Jokowi akan nyapres setelah memenangi Pilkada DKI 2012, isunya telah berhembus saat Pilkada masih berlangsung. Isu itu menyebutkan, langkah Jokowi mengikuti Pilkada DKI hanya sebuah test case karena target utamanya Pilpres 2014. Indikasinya adalah, selain "kehadiran" Jokowi di Jakarta merupakan sesuatu yang tiba-tiba dan tanpa diduga, dia juga dipasangkan oleh pasangan yang tak biasa dan tidak pernah terjadi sebelumnya dalam Pilkada DKI, baik dari segi etnis maupun agamanya. Yakni Ahok. Isu menyebutkan, jika Jokowi memenangi Pilkada DKI, maka akan menjadi modal yang amat berharga untuk melangkah ke Pilpres, dan menang pula pada ajang akbar tersebut. Yang lebih mencemaskan adalah, isu juga menyebut kalau penduetan Jokowi-Ahok bukan tanpa tujuan karena jika Jokowi nyapres dan menang, maka sesuai UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Ahok akan naik menggantikannya sebagai gubernur, sehingga Jakarta "jatuh" ke tangan China. Dan untuk diketahui, menguasai Jakarta sama artinya dengan menguasai Indonesia, karena Jakarta bukan hanya ibukota negara, tapi juga barometer bagi provinsi-provinsi lain. Akibat isu ini, selama masa kampanye Pilkada DKI 2012, isu SARA sempat merebak karena banyak warga Jakarta, terutama etnis Betawi yang merupakan penduduk asli provinsi ini, dengan sengaja melakukan "black campaign" karena tak mau memiliki wagub beretnis Tionghoa dan non muslim pula, sehingga meski menilai Fauzi Bowo sosok yang arogan, mereka berbondong-bondong mendukung sang calon incumbent tersebut. Apalagi karena kala itu pun sempat berhembus isu kalau Jokowi juga keturunan China dan non muslim. Meski dibantah keras oleh tim suksesnya. Namun sayangnya fakta membuktikan, serangan yang dialami Jokowi-Ahok justru membentuk opini kalau pasangan ini dizolimi, sehingga setelah pasangan Adang Darajatun-Dani Anwar yang diusung PKS kandas di putaran pertama, pasangan ini sukses mengkandaskan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli pada putaran kedua. Sejumlah pengamat politik meyakini, kemenangan Jokowi-Ahok antara lain diakibatkan oleh kinerja tim suksesnya yang amat efektif dalam menangkal isu-isu dan serangan dari pihak lawan, sehingga "titik lemah" bangsa Indonesia, termasuk penduduk Jakarta, yang mudah iba kepada orang yang dizolimi, dapat dimanfaatkan. Kini isu telah menjadi kenyataan karena Jokowi telah menjadi salah satu capres 2014. Tapi benarkah kiprah Jokowi ini merupakan bagian dari sebuah grand design dari sekelompok pengusaha jaringan etnis Tionghoa yang ingin mengusai Indonesia? Jika benar, untuk apa dan mengapa? (bersambung) |
You are subscribed to email updates from Sang Pemburu Berita To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar