Kamis, 01 Maret 2012

Sang Pemburu Berita

Sang Pemburu Berita


Bagdad Pernah Dilanda Suhu Superdingin

Posted: 28 Feb 2012 06:42 PM PST

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana kondisi Bagdad, ibukota Irak, di masa silam? Saat ini, pada musim panas, suhu di kota 1001 Malam itu dapat mencapai 45 derajat Celcius, dan di musim dingin suhu bisa anjlok hingga 2 derajat Celsius, namun hampir tidak pernah bersalju. Maklum, Irak berada di kawasan gurun pasir.

Mengutip dari Daily Mail, Rabu (29/2/2012), VIVAnews melansir bahwa sejumlah peneliti dari Universidad de Extremadura, Spanyol, mengungkapkan bahwa Bagdad pernah dilanda musim dingin yang sangat ekstrem pada abad IX dan abad X Masehi, atau abad III dan IV Hijriyah.

Menurut catatan, sungai-sungai yang mengalir di Bagdad kala itu sampai membeku akibat cuaca yang superdingin itu. Pada tahun 908, 944, dan 1007 Masehi, salju turun dengan derasnya di ibukota Irak. Sementara di Bagdad modern, salju hanya turun pada 2008.

Kondisi cuaca Kota 1001 Malam itu diperoleh para peneliti dari manuskrip penulis seperti Al Tabari, Ibnu Al Athir, dan Al Suyuti yang mendokumentasikan peristiwa ekstrem dari waktu ke waktu. Tidak hanya mendokumentasikan kondisi seperti kemiskinan dan kelaparan, mereka ternyata juga mendokumentasikan perubahan cuaca ekstrem.

"Tanda-tanda perubahan cuaca dingin yang ekstrem ini merujuk pada penurunan temperatur pada abad 10, tepatnya sebelum Zaman Pertengahan Hangat," kata penulis Fernando Dominguez-Castro dalam artikelnya di jurnal Weather.

Dominguez-Castro juga meyakini bahwa musim dingin Bagdad pada Juli 920 juga terkait dengan ledakan gunung berapi. Namun masih perlu dilakukan banyak penelitian untuk mendukung teori ini.

Temuan yang bersumber dari manuskrip Arab kuno ini diharapkan dapat membantu para peneliti dan meterorolog lebih memahami penyebab terjadinya perubahan cuaca yang ekstrem di bumi.

Auditor BPKP Terjun dari Lantai 12

Posted: 28 Feb 2012 06:15 PM PST

Salah seorang auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Selasa (28/2/2012), bunuh diri dengan terjun dari lantai 12 gedung kantornya yang berlokasi di Jalan Pramuka 33, Matraman, Jakarta Timur. Belum diketahui apa motif aksi nekat auditor bernama Dede Purwana Cahya (37) itu, namun yang pasti, korban yang menjabat sebagai auditor pelaksana lanjutan di Direktorat II Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian BPKP tersebut telah bekerja di BPKP sejak 1998.

Aksi nekat yang dilakukan korban diketahui saat korban berteriak begitu terjun dari lantai 12 kantornya sekitar pukul 10.30 WIB. Teriakan korban didengar banyak orang di dalam gedung, dan orang-orang itu segera berhamburan ke arah asal suaranya.

Tubuh Dede terhempas di halaman depan gedung BPKP dan tewas seketika dengan beberapa bagian tubuh patah dan remuk. Seketika gedung BPKP dan sekitarnya geger. Polisi pun dihubungi. Dalam hitungan detik, aparat Polsek Matraman datang dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Mayat korban segera ditutupi koran dan kain, dan dilarikan ke RSCM untuk diotopsi.

Istri korban, Shellyna Dewi Utami, histeris ketika melihat jenazah suaminya terbaring di ruang jenazah RSCM, sebelum diotopsi. Ia tak henti-hentinya menangis sambil berteriak-teriak, hingga kondisi tubuhnya lemah.

"Allah di mana? Allah di mana?" teriak wanita berjilbab itu di antara histerisnya.

Shellyna bersama kerabat dan tetangganya datang tak lama setelah diberitahu polisi. Wanita malang itu lalu pingsan dan dibaringkan di ruang konsultasi dokter yang berada dalam kamar jenazah.

Belum diketahui apa yang membuat Dede nekat mengakhiri hidup dengan cara tragis seperti itu. Polisi menduga Dedek nekat karena sedang stres, namun tak dapat menjelaskan apa penyebab stresnya. Sedang Kepala Bagian Humas BPKP, Ratna Tianti, mengaku kalau Dede tidak sedang menghadapi masalah, baik dengan pekerjaan maupun dengan rekan-rekan kerjanya. Bahkan sebelum bunuh diri, bapak satu anak yang dikenal pendiam itu masih terlihat berbincang dengan sejumlah rekan-rekannya.

"Sejauh ini tidak ada masalah dan tidak ada keributan. Belum diketahui sebabnya, orangnya itu pendiam," jelasnya.

Ratna memastikan bahwa aksi yang dilakukan Dede murni bunuh diri, dan meminta pers untuk tidak mengaitkannya dengan persoalan pekerjaan. "Tidak ada kasus yang ditangani, karena baru pindah. Di tempat lama tidak tahu tangani kasus apa," imbuhnya.

Berdasarkan penjelasan Ratna diketahui kalau Dede yang memiliki satu putri berusia 8 tahun itu bekerja di BPKP sejak 1 November 1998. Tempat tugas pertamanya adalah di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara. Empat tahun bekerja di sana, sejak 1 Mei 2002 Dede dimutasi ke BPKP Perwakilan DKI Jakarta II yang statusnya kemudian diubah menjadi Perwakilan BPKP Banten. Di tempat itu, Dede bekerja selama sembilan tahun karena kemudian dimutasi lagi ke tempat kerjanya sekarang, di Matraman. Ia dimutasi ke BPKP Matraman sejak 16 Agustus 2011. Dede sendiri tercatat sebagai warga Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

"Pangkat terakhir dia golongan III B, sebagai auditor pelaksana lanjutan dengan take home pay sekitar Rp5 juta," imbuh Ratna.

Seperti diketahui, BPKP merupakan salah satu instansi pemerintah yang rawan gratifikasi atau suap, karena melalui audit instansi ini pula dapat diketahui apakah di sebuah lembaga pemerintahan terdapat korupsi atau tidak.

Pada Juni 2010, KPK pernah menangkap seorang pegawai instansi sejenis BPKP, yakni Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), karena ketahuan menerima suap. Oknum tersebut, Syamsudin, bekerja sebagai Kasub Auditoriat BPK Jawa Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar