Rabu, 09 November 2011

Sang Pemburu Berita

Sang Pemburu Berita


Peraturan Kartu Kredit Akan Diperbaharui

Posted: 08 Nov 2011 02:49 AM PST

Bank Indonesia akan memperbaharui ketentuan kepemilikan kartu kredit dengan memberlakukan kembali syarat pendapatan minimal pemilik kartu kredit sebesar 3 x upah minimum regional (UMR). Peraturan yang mulai diberlakukan 1 Januari 2013 ini sebetulnya pernah diterapkan, namun dicabut pada 2009.

Seprti dilansir VIVAnews, Selasa 8 November 2011, Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran BI Ronald Waas mengatakan, waktu itu, aturan PBI 7/52/PBI/2005 memang mensyaratkan minimal gaji 3 x UMR dengan plafon maksimal 2 x gaji UMR. Namun aturan ini dicabut untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

"Pada saat itu susah mendapatkan permintaan kredit. Untuk itu pada 2009 kita longgarkan, karena pada tahun 2008 terjadi krisis sehingga untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi," ujar Ronald di Bank Indonesia, Selasa, 8 November 2011.

Nantinya aturan syarat pendapatan minimal sebesar 3 x UMR itu akan tercantum dalam revisi PBI 11/11/PBI/2009 Peraturan Bank Indonesia Nomor 11.11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang akan diterbitkan akhir November 2011. Menurut Ronald, jika mengacu hal itu, minimal pendapatan pemilik kartu kredit sebesar Rp3 juta.

Beberapa poin yang akan diatur adalah:

- Kartu kredit wajib menggunakan chip, tanda tangan dan penggunaan pin sebanyak 6 digit.
- Syarat pemegang kartu kredit minimal usia 21 tahun. Untuk kartu tambahan minimal usia 17 tahun.
- Pendapatan minimal 3 kali UMR
- Plafon maksimal 3 kali pendapatan
- Minimal repayment 10 persen.
- Batasan tarik tunai Rp10 ribu per hari/rekening.
- Penggunaan jasa pihak ketika lebih diperjelas, mulai dari etika, tanggung jawab, monitoring dan pembinaan
- Kewajiban pelaporan
- Kewajiban tukar menukar informasi dan penerbitan merchant
- Larangan gesek tunai
- Larangan surcharge oleh merchant kepada pemegang kartu
- Etika penagihan oleh bank atau pihak lain.

Penduduk Miskin AS Naik 16%

Posted: 07 Nov 2011 08:25 PM PST

Aksi protes kaum miskin AS.
Jumlah warga miskin di Amerika Serikat (AS) tahun lalu bertambah 16% menjadi 49 juta jiwa. Peningkatan jumlah kaum miskin di kalangan lanjut usia, etnis Asia dan Hispanik terlihat lebih tinggi dari data sebelumnya.

Mengutip kantor berita Reuters, VIVAnews mengabarkan, hasil statistik baru itu diungkapkan Biro Sensus di Washington DC, Senin 7 November 2011 waktu setempat. Perhitungan itu menggunakan metode baru sehingga hasilnya berbeda cukup jauh dengan data yang telah diungkapkan secara resmi pada September lalu. Menurut data resmi saat itu, jumlah orang miskin di AS hanya 46,2 juta jiwa.

Menurut perhitungan terbaru, peningkatan terbesar terlihat pada warga yang berusia 65 tahun ke atas (manula). Mereka terjerumus kemiskinan lantaran tidak sanggup membayar biaya medis, padahal sudah didukung oleh tunjangan dari pemerintah melalui program Medicare.

Peningkatan jumlah manula miskin versi Biro Sensus itu sebesar 15,9 persen, atau satu dari enam manula. Angkat itu lebih besar dari data resmi, yaitu 9 persen.

Angka kemiskinan itu menambah pelik Komite Khusus dari Kongres, yang bertugas merancang penghematan anggaran negara sedikitnya US$1,2 triliun untuk jangka waktu sepuluh tahun. Mereka diberi tenggat waktu hingga 23 November 2011 untuk memberi rekomendasi pos-pos mana saja yang harus dihemat pemerintah.

Bedanya dengan perhitungan resmi, metode baru yang digunakan Biro Sensus itu tidak sekadar menganalisis anggaran makan dan pendapatan dari kaum miskin. Statistik baru itu juga menghitung tunjangan-tunjangan dari pemerintah, seperti kupon makan, dan biaya rumah tangga seperti pajak dan biaya medis serta perawatan rumah. Perhitungan baru itu juga melihat perbandingan biaya hidup tingkat daerah.



Tidak Layak

Biro Sensus mengungkapkan bahwa metode baru itu akan menjadi data pendukung bagi perkiraan kemiskinan secara resmi. Metode lama itu telah digunakan sejak pertengahan 1960an untuk membantu proyeksi penyusunan program pemerintah bagi kaum miskin.

Menurut Dave Cooper, pengamat dari The Economic Policy Institute, statistik baru itu menunjukkan bahwa program-program pemerintah yang ada selama ini sudah tidak lagi layak diterapkan bagi kaum miskin.

"Ini menunjukkan bahwa jaring pengaman sosial sudah tidak lagi banyak membantu seperti yang kita harapkan selama ini," kata Cooper seperti dikutip Reuters.

Metode penghitungan baru itu dikembangkan berkat kerjasama antara Biro Sensus dengan Biro Statistik Tenaga Kerja dan Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional.

Kota yang Hilang Ditemukan di Gurun Sahara

Posted: 07 Nov 2011 08:17 PM PST

Gurun lokasi The Lost City.
Sebuah kota yang pernah eksis ribuan tahun lalu di kawasan Libya, ditemukan tim arkelogi University of Leicester, Inggris. Kota yang hilang ini ditemukan berdasarkan foto satelit dan foto udara. Letaknya di bagian paling tak ramah di Gurun Sahara.

Sejauh ini, tim menemukan 100 wilayah pertanian yang dikelilingi benteng, desa-desa, dan struktur mirip istana dengan dinding yang masih tersisa setinggi 4 meter, serta lanskap kota. Kota itu diperkirakan berdiri pada 1 sampai 500 masehi. Tim juga menemukan pemakaman piramida, dan sistem irigasi canggih.

"Ini seperti seseorang yang datang ke Inggris dan menemukan Istana Abad Pertengahan. Keberadaan pemukiman kuno ini tak tercatat pada masa pemerintahan rezim Khadafi," kata pemimpin proyek, David Mattingly, seperti dimuat situs sains, Our Amazing Science, 7 November 2011. Jatuhnya penguasa Libya selama 42 tahun itu memungkinkan membuka ruang bagi arkeolog mengeksplorasi peradaban pra Islam di sana.

"Kota yang hilang" ini dibangun oleh peradaban yang tak begitu dikenal, bernama Garamantes, yang memiliki gaya hidup dan budaya yang relatif maju dan berperan penting dalam sejarah.

"Gambar satelit memberi kami kemampuan untuk menelaah wilayah yang luas. Kami dapat melihat dalam lanskap yang tak ramah ini, yang tak pernah ada hujan, suatu ketika pernah dipadati penduduk dan ditanami. Ini sangat luar biasa," kata Martin Sterry, yang bertanggung jawab dalam interpretasi citra satelit.




Foto satelit.
 
Temuan ini menentang pendapat bangsa Roma yang mengatakan, orang Garamantes barbar dan pembuat onar di wilayah tepian kekuasaan Romawi.

"Faktanya, mereka sangat beradab. Tinggal di pemukiman luas, kebanyakan adalah petani di wilayah oasis. Mereka sangat terorganisir, ada kota dan desa, mengenal tulisan, seni, juga teknologi," kata Mattingly. "Garamantes justru perintis pembangunan di oasis dan membuka perdagangan trans-Sahara."

Para peneliti sebelumnya ikut mengungsi saat pasukan pemberontak menyerang rezim Khadafi Februari 2011 lalu. Mereka akan segera kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar