Rabu, 20 Maret 2013

Sang Pemburu Berita

Sang Pemburu Berita


Lempeng Tektonik yang Hilang Ditemukan di California

Posted: 19 Mar 2013 09:57 AM PDT

SEBUAH lempeng tektonik yang menghilang di bawah Amerika Utara pada jutaan tahun yang lalu, ditemukan tim peneliti masih "mengintip" di titik pusat antara California dan Meksiko.

Seperti dilansir LiveScience, Selasa (19/3/2013), sekitar 200 juta tahun lalu lempeng Samudera Farallon berada di antara lempeng Samudra Pasifik dan lempeng Amerika Utara, yang kemudian menjadi Patahan San Andreas yang membujur di sepanjang pantai Pasifik. Gerakan geologi yang lambat, yang disebut proses subduksi, mendesak lempeng di bawah Amerika Utara itu, sehingga lempeng Farallon terdorong ke dalam mantel Bumi, sebuah lapisan di bawah kerak bumi, dan di lepas pantai, bagian dari lempeng itu terfragmentasi serta meninggalkan beberapa sisa di permukaan, menempel di lempeng Pasifik.

Sekarang, penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of National Academy of Sciences, Senin (18/3/2013), menemukan banyak potongan-potongan lempeng Farallon melekat pada potongan yang lebih besar di permukaan. Bahkan, bagian dari Semenanjung Baja, Meksiko, dan bagian dari California tengah dekat pegunungan Sierra Nevada, "duduk" di atas lembaran lempeng Farallon.

Penemuan ini memecahkan misteri geologi California. Ilmuwan Bumi menggunakan gelombang seismik, baik yang dicatat dari peristiwa gempa bumi, hasil rekayasa maupun yang dibuat dengan metode lain, untuk memetakan kawasan di bawah permukaan wilayah itu. Bahan lembut dan panas memperlambat gelombang seismik, sementara gelombang bergerak lebih cepat melalui bahan yang kaku atau materi yang dingin.

Di California, survei seismik ini menghasilkan sebuah massa yang besar pada material yang dingin, dan menghasilkan kecepatan 100-200 kilometer di bawah permukaan material yang kering, sehingga tempat ini dianggap aneh dan dijuluki sebagai "anomali Isabella".

Banyak teori dikemukakan para ilmuwan, namun tak satu pun yang dapat menjelaskan dengan persis apa yang menyebabkan anomali Isabella itu. Para peneliti kemudian menemukan anomali lain di bawah Semenanjung Baja yang di arah timurnya diketahui sebagai sisa-sisa dari lempeng Farallon. Ahli geofisika Donald Forsyth dan Yun Wang yang merupakan ketua tim peneliti dari University of Alaska, mencurigai kalau kedua anomali ini mungkin berhubungan.

Di dekat tepi timur Semenanjung Baja, para peneliti menemukan batuan vulkanik yang disebut high-magnesium andesites. Batuan ini biasanya terkait dengan pencairan kerak samudera, dan menunjukkan bahwa tempat itu merupakan lokasi di mana lempeng Farallon terputus dan mengalami proses subduksi atau mencair dan masuk ke mantel Bumi.

Pemeriksaan ulang terhadap anomali Isabella menemukan hal yang sama, yakni batuan vulkanik yang diketahui sebagai hasil fragmentasi lempeng Farallon.

"Hasil penelitian ini secara radikal mengubah pemahaman kita tentang perubahan pantai barat Amerika Utara," ujar penulis hasil penelitian, Brian Savage dari University of Rhode Island, dalam sebuah pernyataan.

Brian juga mengatakan, hasil penelitian ini akan membuat para ilmuwan berpikir ulang tentang sejarah geologi Amerika Utara, dan batas-batas antarbenua.

10 Peristiwa Bersejarah yang Masih Misterius - 1

Posted: 19 Mar 2013 08:30 AM PDT

Banyak hal yang terjadi di dunia ini yang kadangkala membuat kita heran, takjub, dan amat mengaguminya. Namun tak sedikit yang akhirnya membuat kita mengerutkan kening karena bagaimana hal itu terjadi, sama sekali tak diketahui.

Kemisteriusan hal-hal tersebut tentu membuat ilmuwan tertarik untuk mengungkapkannya, namun hingga kini misteri tetap tak terungkap.

Berikut 10 kejadian yang menjadi bagian dari sejarah kehidupan manusia di Bumi yang latar kejadiannya masih menjadi teka-teki. Data dihimpun dari berbagai sumber, termasuk dari LiveScience.

1. Rongorongo

Jenis bahasa ini merupakan sisi lain dari "misteri Easter Island", karena Rongorongo merupakan bahasa beraksara hiroglif yang digunakan oleh penduduk pertama di pulau itu.

Dianggap sebagai misteri, karena meski Easter Island tidak memiliki "tetangga" berkemampuan baca tulis, namun Rongorongo muncul secara misterius di pulau itu pada 1700-an. Sayang, bahasa itu hilang karena bangsa Eropa yang pertama kali menjajah pulau itu, melarang mengartikan Rongorongo karena dianggap sebagai akar budaya paganisme, meski minat ilmuwan untuk mempelajari bahasa langka itu amat besar.

 

2. Helike, kota yang hilang

Penulis asal Yunani, Pausanias, menjelaskan kalau sebuah gempa besar menghancurkan kota Helike, dan kemudian datang tsunami hebat yang menyapu habis apapun yang masih tersisa di kota metropolis yang sedang berkembang itu.

Halike merupakan kota yang menjadi pusat pemujaan Poseidon, dewa dalam mitologi Yunani yang dipercaya sebagai penguasa lautan, sekaligus merupakan dewa gempa bumi dan kuda. Tak ada jejak atas hilangnya kota dan penduduknya yang legendaris tersebut dalam teks-teks Yunani kuno, hingga pada 1861, ketika seorang arkeolog menemukan koin perunggu dengan kepala bergambar Poseidon.

Pada 2001, sepasang arkeolog juga menemukan koin yang sama di bawah reruntuhan Helike di antara pasir berlumpur dan berkerikil. Hingga saat ini mereka masih menggali untuk apa yang mereka yakini sebagai "Atlantis yang nyata".


3. The Bog Bodies

Ini fenomena yang sulit dipecahkan latar belakangnya. Meski Crime Scene Investigation (CSI) bekerja keras, mereka tetap belum dapat beranjak dari data yang telah mereka dapatkan selama ini.

Ratusan orang yang diperkirakan hidup pada 9000 sebelum Masehi (SM), mayatnya ditemukan terkubur di lahan basah di beberapa belahan wilayah utara Eropa. Orang-orang yang dikenal sebagai manusia rawa itu diduga meninggal akibat menjadi korban ritual penyembahan, karena pada tubuhnya ditemukan tanda-tanda penyiksaan.

Yang fenomenal adalah, meski telah meninggal dalam kurun waktu yang begitu lama, tubuh mereka tidak hancur meski tidak mengalami proses pengawetan seperti mumi. Diduga, kadar asam yang terkandung dalam air di rawa-rawa, kurangnya oksigen dalam air dan suhu yang rendah menjadi penyebab awetnya jasad mereka.


4. Keruntuhan Peradaban Minoans

Hingga kini sejarawan masih berselisih tentang penyebab runtuhnya peradaban pada Zaman Perunggu yang muncul di Kreta, Yunani, dan berkembang hampir 5.000 tahun lalu hingga masa kehancurannya pada 1450 SM.

Para Minoans adalah orang-orang yang berpendidikan, prajurit, pedagang, seniman, dan pelaut yang andal dan berpengalaman. Kerajaan maritim mereka sangat luas. Merekalah bangsa pertama di Eropa yang menggunakan bahasa tulis yang disebut Linear A.

Raja peradaban ini, Raja Minos, memiliki Istana yang sangat luas dan rumit, dan merupakan istana pertama di Eropa yang memiliki jalan beraspal. Istana itu berada di Knossos. Raja Minos tinggal bersama manusia pemakan banteng yang senantiasa berkeliaran di labirin istana. Namanya Minotaur.

Saat peradaban ini runtuh sekitar 3.500 tahun lalu, bencana alam terburuk sejak Zaman Es, yakni sebuah letusan gunung berapi besar, terjadi di Pulau Aegea, sebuah pulau kecil di kawasan Thera, Yunani, yang berjarak sekitar 100 kilometer dari Pulau Kreta. Hingga kini ilmuwan masih bingung bagaimana bencana ini bisa menghancurkan Minoans, namun ada spekulasi yang menyebutkan bahwa bencana di Aegea itu tak hanya membuat Minoans tertimbun abu vulkanik, namun juga disapu tsunami besar yang membuat peradaban itu punah seketika.


5. The Stones Carnac

Ada mitos di balik kemisteriusan 3.000 buah batu dari zaman Neolitikum yang berdiri hingga sepanjang lebih dari 12 kilometer, dan berada dalam garis yang sempurna, di pantai Britanny di barat laut Perancis. Konon, menurut penduduk setempat, batu-batu itu merupakan satu legiun tentara Romawi yang sedang melakukan parade, dan diubah menjadi batu oleh Merlin sang penyihir.

Para ilmuwan meyakini, batu-batu dalam situs megalitikum itu dipahat dari batu lokal pada sekitar 4500 SM hingga 3300 SM. Meski alasan mengapa batu-batu itu dibuat dan disusun seperti itu belum terpecahkan, namun ada ilmuwan yang memperkirakan bahwa Stones Carnac merupakan detektor gempa yang rumit.

Bakteri Kebal Antibiotik Mewabah di Australia

Posted: 19 Mar 2013 12:27 AM PDT

PARA PAKAR penyakit menular di Australia saat ini sedang mengkhawatirkan munculnya 'superbug' atau bakteri yang resisten terhadap antibiotik, yang menyebar di rumah sakit dan di tengah masyarakat.

Carbapenem-resistant Enterobacteriaceae (CRE), nama bakteri tersebut, dinyatakan sebagai 'wabah baru' oleh Australasian Society of Infectious Diseases (ASID) yang mempelajari soal penyakit menular.

Menurut laporan jurnal medis Australia, Rumah Sakit Dandenong di sebelah tenggara Melbourne, telah melaporkan adanya 10 kasus berkaitan CRE. Tak ada korban meninggal, namun saat ini Dandenong Hospital sedang dalam pengawasanketat.

Kepala Ahli Penyakit Menular dari rumah sakit tersebut, Dr Rhonda Stuart, mengaku, pihaknya telah menelusuri asal muasal bakteri itu hingga saluran air di unit gawat darurat dan saluran pembuangan, dan menggunakan uap bertekanan tinggi guna mengendalikan penyebaran organisme tersebut.

"Saya rasa ini menjadi waktu yang sangat menegangkan bagi para petugas kesehatan di Australia," ujar Rhonda.

Kepala ASID, David Looke, mengatakan, warga Australia yang terkontaminasi bakteri ini telah meningkat, dan ia mengaku tak terkejut karena wabah ini muncul di rumah sakit.

"Saya pikir, hal baru yang layak diberitakan adalah bahwa bakteri ini menjadi tahan terhadap antibiotik," tegasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar