Rabu, 27 Februari 2013

Sang Pemburu Berita

Sang Pemburu Berita


Hobbit Flores Diduga Punah Akibat Letusan Gunung

Posted: 25 Feb 2013 11:58 PM PST

MANUSIA hobbit atau manusia kerdil, bukan hanya terdapat dalam kisah fiksi, karena manusia-manusia berpostur mini ini pernah juga hidup di Indonesia.

Seperti dilansir kompas.com, Selasa (26/2/2013), berdasarkan fosil-fosil yang ditemukan Tim Arkeologi Nasional (Arkenas), diketahui kalau manusia liliput itu hidup di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, sekitar 18 ribu sampai 36 ribu tahun lalu.

Fosil manusia kerdil yang dinamai Homo Floresiensis ini ditemukan Tim Arkenas pada 2003 di Liang Bua, sebuah gua di Dusun Rampasasa, Kabupaten Manggarai, Flores. Penemuan ini sempat menghebohkan dunia arkeologi dan paleontologi internasional.

"Manusia hobbit ini berukuran sangat pendek, bertinggi hanya 106 cm. Dia kecil, tapi tubuhnya proposional," jelas Jatmiko, salah seorang anggota Tim Arkenas.

Liang Bua.
Jumlah fosil Homo Floresiensis yang ditemukan sebanyak 6 individu. Namun hanya satu individu yang tulang belulangnya paling lengkap, yang kemudian dinamakan LB 1.

Dari tulang pinggulnya, diketahui kalau fosil LB 1 ini berjenis kelamin perempuan dan berumur sekitar 25-30 tahun. Uniknya, volume otaknya cuma 380 cc atau di bawah simpanse. Ini unik, karena otak simpanse 400 cc dan manusia modern sekitar 1300-1500 cc. Meski volume otak kecil, hobbit Flores bisa membuat peralatan dari batu.

"Volume otak kecil bukan berarti bodoh, tapi justru bisa saja jenius," jelas Rokus Due Awe, ahli paleontologi dari Arkenas.

Selain fosil hobbit dan peralatan batu, di Liang Bua juga ditemukan beberapa fosil lainnya. Terutama fosil binatang seperti stegodon (gajah purba), burung raksasa, dan tikus besar.

Temuan manusia hobbit sering dikaitkan dengan keberadaan sejumlah penduduk Kampung Rampasasa di dekat Liang Bua yang juga termasuk berpostur pendek untuk ukuran tubuh manusia modern, yakni hanya 135-150 cm. Namun tim dari Arkenas tidak sependapat.

"Homo Floresiensis ditemukan di bawah tufa atau abu vulkanik. Diperkirakan ada letusan gunung yang sangat besar yang memusnahkan kehidupan dan mengubur mereka di dalam gua. Jadi tidak ada hubungannya dengan manusia sekarang," jelas Jatmiko.

Berbeda dengan pendapat tim Arkenas, penduduk Rampasasa justru meyakini bahwa mereka merupakan keturunan Homo Floresiensis dari Liang Bua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar