Sang Pemburu Berita |
Tokoh di Balik Kerusakan Indonesia – 3 Posted: 13 Oct 2011 05:08 PM PDT
Organisasi Boedi Oetomo yang pendiriannya dimotori Vrijmetselarij bahkan sangat anti Islam, sehingga dalam brosur organisasi kepemudaan yang selama ini didengung-dengungkan pemerintahan Orde Baru sebagai organisasi pencetus nasionalisme itu, Boedi Oetomo tak segan-segan mencaci-maki Nabi Muhammad Saw dan ajarannya. Padahal, hasil kajian Pater Beek sendiri menyebutkan bahwa Islam merupakan sumber utama perlawanan rakyat Pulau Jawa terhadap pemerintah Belanda. Jadi, jelas, dalam mengembangkan organisasinya di Indonesia, Freemason menerapkan politik adu domba. Sama dengan politik yang diterapkan Belanda selama menjajah Indonesia. Dari sini dapat ditemukan benang merah mengapa Freemason merekrut Pater Beek, yakni adanya titik temu antara keinginan Beek kembali ke Indonesia, dengan tujuan Freemason untuk tetap dapat eksis di Bumi Pertiwi. Jika Beek ingin kembali ke Indonesia karena ingin menghancurkan Islam agar negaranya tetap dapat menjajah negeri Zamrud Khatulistiwa, maka Freemason ingin Beek kembali ke Indonesia agar tetap dapat mengeruk kekayaan Indonesia. Tak peduli apapun cara yang dilakukan Beek. Kebetulan, Yahudi membenci Islam, sehingga upaya Beek menghancurkan Islam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa, didukung sepenuhnya. Freemason mengenal sosok Beek dari para petinggi Orgo Jesuit yang di antaranya bahkan ada yang menjadi anggota organisasi ini. Sejak pria ini direkomendasikan, minatnya telah menarik perhatian para petinggi organisasi itu untuk merekrut dan memanfaatkannya. Mengapa Beek direkrut CIA? Jawabannya mudah.Amerika Serikat (AS) adalah basis utama pergerakan Freemason. Bahkan negara ini dikuasai sepenuhnya oleh organisasi itu dan underbow-underbow-nya. Ketika Beek kembali ke Indonesia, Bumi Pertiwi telah merdeka dari Jepang yang menggantikan Belanda menjajah negara ini. Setahun sebelum Beek kembali ke Indonesia, atau pada 1955, Indonesia menggelar pemilu pertama yang hasilnya sangat mencemaskan negara-negara blok Barat, khususnya AS yang merupakan negara boneka Freemason, dan Belanda yang juga ditunggangi organisasi persaudaraan kaum elit Yahudi itu. Sebab, hasil pemilu menempatkan Masyumi dan Nahdatul Ulama (NU) dalam empat besar partai politik di Indonesia. Terlebih karena orientasi politik Presiden Soekarno kala itu memperlihatkan kecenderungan mengarah pada blok Timur yang terdiri dari China dan Uni Soviet yang beraliran komunis. Soekarno bahkan tak hanya membentuk Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis), tapi juga tak pernah sungkan menghantam AS dan antek-anteknya setiap kali berpidato di forum-forum lokal maupun internasional. Bagi Freemason yang berada di belakang Amerika dan Belanda, Soekarno jelas menjadi batu sandungan. Apalagi karena pada 1961, Soekarno melarang keberadaan Vrijmetselarij dan underbow-undebow-nya. Maka orang-orang terbaik mereka dikerahkan untuk menggulingkan the founding father ini. Di antaranya CIA dan Beek. Fakta bahwa Beek adalah agen CIA antara lain diungkap Dr. George J. Aditjondro, penulis yang juga mantan anak buah Beek, dalam artikel berjudul 'CSIS, Pater Beek SJ, Ali Moertopo, dan LB Moerdani. Dalam artikel ini, George menulis begini; "Menurut cerita dari sejumlah pastur yang mengenalnya lebih lama, (Pater) Beek adalah pastur radikal antikomunis yang bekerja sama dengan seorang pastur dan pengamat China bernama Pater Ladania di Hongkong (sudah meninggal beberapa tahun silam di Hongkong). Pos China watcher (pengamat China) pada umumnya dibiayai CIA. Maka tidak untuk sulit dimengerti jika Beek mempunyai kontak yang amat bagus dengan CIA. Sebagian pastur mencurigai Beek sebagai agen Black Pope di Indonesia. Black Pope adalah seorang kardinal yang mengepalai operasi politik Katolik di seluruh dunia". Fakta yang diungkap George itu didukung Mujiburrahman dalam desertasi berjudul 'Feeling Threatened Muslim-Cristian Relations in Indonesia's New Orde'. (bersambung ….) | ||
Bali Berpotensi Dilanda Gempa Besar dan Tsunami Posted: 13 Oct 2011 04:54 PM PDT Gempa lumayan besar yang melanda Bali, Kamis (13/10/12), bukanlah yang pertama. Pulau Dewata itu pernah dilanda gempa yang jauh lebih besar, yang menyebabkan munculnya tsunami. Gempa itu bisa terjadi lagi sewaktu-waktu. Gempa yang mengguncang Bali Kamis kemarin berkekuatanan 6,8 skala Richter (SR) dengan intensitas 4 MMI. Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi pada pukul 10.16 WIB dengan pusat gempa di 143 kilometer barat daya Nusa Dua pada kedalaman 10 km.Setidaknya tujuh gempa susulan terjadi setelah gempa utama itu. Salah satunya adalah gempa berkekuatan 5,6 skala Richter pada pukul 14.52 Wita. Pusat gempa susulan ini terjadi di 131 km barat daya Nusa Dua dan juga pada kedalaman 10 km. Getaran gempa utama terasa hingga Mataram, Malang, dan Yogyakarta.
Gempa lain terjadi pada 14 Juli 1976, 26 Januari 1977, 21 Mei 1979, 20 Oktober 1979 dan 17 Desember 1979. Magnitude gempa tersebut bervariasi, mulai dari 5 SR sampai 6,6 SR. Publikasi I Wayan Sengara dan rekannya dari Institut Teknologi Bandung menjelaskan, beberapa gempa di Bali tergolong mematikan. Gempa pada 17 Desember 1979 di Karangasem menyebabkan 400 orang luka. Adapun gempa pada 29 Maret 1862 di Buleleng mencapai intensitas 7 MMI. Data NOAA mengungkap bahwa ada beberapa gempa Bali yang mengakibatkan tsunami. Gempa 22 November 1815 mengakibatkan tsunami dan menewaskan 1.200 orang. Gempa 13 Mei 1857 juga mengakibatkan gejolak ombak setinggi 3,4 meter dan gempa 20 Januari 1917 mengakibatkan tsunami setinggi 2 meter. "Secara umum, frekuensi gempa di Bali termasuk sedang. Untuk gempa di bawah 7 skala Richter, cukup banyak terjadi di bagian utara dan timur Bali. Kalau dibandingkan dengan gempa di utara Bali, gempa di selatan seperti hari ini lebih jarang," kata Danny. Belum banyak diteliti Ada beberapa patahan di sekitar Pulau Bali yang diidentifikasi sebagai penyebab gempa. Salah satunya Patahan Bali Utara. Patahan juga terdapat di wilayah timur Bali. Di wilayah selatan Bali terdapat zona subduksi yang juga berpotensi menimbulkan gempa. "Pemetaan patahan sebenarnya sudah dilakukan, tapi penelitian tentang sifat, sejarah patahan tersebut dan potensi gempa yang bisa ditimbulkan di masa yang akan datang belum banyak diteliti, sehingga banyak peristiwa gempa di Bali yang belum diketahui dengan pasti patahan mana yang menyebabkanyan. Contohnya gempa besar tahun 1800-an yang sampai sekarang pun kita masih belum tahu pasti patahan mana yang menyebabkannya," lanjut Danny. Diakui, hal ini tentu saja sangat membahayakan karena sangat mempengaruhi tingkat kewaspadaan dan langkah antisipasi penduduk Pulau Dewata itu. "Tapi kita sudah berencana untuk memasang GPS di utara dan selatan Bali. Jadi, rencana untuk meneliti sebenarnya sudah ada," tutupnya. (dari berbagai sumber) |
You are subscribed to email updates from Sang Pemburu Berita To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar