Jumat, 05 April 2013

Sang Pemburu Berita

Sang Pemburu Berita


Cegah Gangguan Saraf Sejak Dini

Posted: 04 Apr 2013 02:40 AM PDT

NEOROPATI , kerusakan saraf akibat penyakit, trauma pada saraf, ataupun efek samping penyakit sistemik dapat menimpa siapa saja. Neuropati umumnya terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, yaitu ketika fungsi saraf semakin menurun. Namun bukannya tidak mungkin Anda dapat terbebas dari neuropati, meskipun sudah berusia lanjut.

Seperti dilansir kompas.com, dokter spesialis saraf dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit CiptoMangunkusumo (FKUI/RSCM) Jakarta, Manfaluthy Hakim, mengatakan, kunci menjaga kesehatan saraf adalah dimulai sejak dini.

"Jika sejak usia muda sudah mulai menjaga kesehatan saraf, maka akan kecil risiko neuropati," ujarnya dalam dalam temu media yang bertajuk 'Konsumsi Vitamin Neurotropik Sejak Dini Cegah Neuropati' oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

Menurut Luthy, salah satu penyebab utama neuropati adalah kekurangan suplai vitamin B yang berguna untuk melindungi dan meregenerasi saraf. "Saraf kita sangat tergantung pada suplai vitamin B yang memadai dan sangat sensitif terhadap kekurangan vitamin B," tuturnya.

Suplai vitamin B sejatinya dapat tercukupi dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan yang mengandung banyak vitamin B antara lain kacang-kacangan, beras merah, dan daging. Namun tak jarang pula, penyerapan vitamin B oleh tubuh terhambat karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti mengonsumsi alkohol.

Maka, untuk mencukupi kebutuhan vitamin B tubuh, bila perlu ditambahkan dengan suplemen vitamin B, salah satunya vitamin neurotropik. Vitamin neurotropik terdiri dari vitamin B1, B2, dan B12 dan berfungsi untuk menjaga dan menormalkan fungsi saraf.

Selain dengan cukup konsumsi vitamin B, papar Luthy, mencegah neuropati perlu juga dilakukan gaya hidup yang sehat.

"Upayakan gizi seimbang, olah raga teratur, istirahat cukup untuk regenerasi sel saraf," cetusnya.

Luthy memaparkan, semakin tua usia memang fungsi saraf akan secara alamiah mengalami penurunan. Namun jangan hanya pasrah dengan keadaan. Dengan menjaga kesehatan saraf sejak dini, maka risiko terkena penyakit gangguan saraf pasti dapat diminimalisir.

"Jangan tunggu sampai terjadi kerusakan saraf, karena kerusakan saraf membutuhkan perbaikan yang lama. Pencegahan dini terhadap neuropati sangat penting dan jauh lebih baik," pungkas Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI ini.

Awas! Hipertensi Mulai Incar Kaum Muda

Posted: 04 Apr 2013 01:40 AM PDT

HATI-HATI! Penyakit darah tinggi atau hipertensi ternyata mulai mengintai usia anak dan remaja. Perubahan pola makan dinilai menjadi salah satu penyebab anak mulai terkena hipertensi.

"Hipertensi memang mulai ditemukan pada usia muda, namun belum menjadi kekhawatiran," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama pada peringatan Hari Kesehatan Dunia, Kamis (4/4/2013), di Jakarta, seperti dilansir kompas.com.

Tjandra menjelaskan, konsumsi junk food dan makanan cepat saji dengan kandungan gula dan garam yang tinggi, menjadi pemicu kasus hipertensi pada usia dini. Jumlah penderita hipertensi anak di Indonesia sejauh ini belum dapat diketahui secara pasti.

Tekanan darah tinggi pada usia dini dapat berakibat serius pada proses belajar dan tumbuh kembang anak. Tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko timbulnya kegemukan atau obesitas. Bila anak kelebihan berat badan, gerak dan aktivitasnya menjadi terbatas.

Akibatnya, anak cenderung malas belajar dan bergerak. Anak yang jarang bergerak akan memupuk kolesterol dalam pembuluh darahnya. Alhasil, kadar kolesterol dalam darah akan semakin tinggi dan berefek pada meningkatnya tekanan darah.

Apabila pola makan tidak sehat terus berlanjut, maka tekanan darah semakin meningkat. Hal ini dapat menjadi lebih parah apabila kondisi hipertensi tidak terdiagnosis dan diobati. Kondisi ini membuka pintu bagi penyakit tidak menular (PTM) seperti gagal jantung dan stroke. Jantung dan otak merupakan organ yang menjadi sasaran utama penyakit darah tinggi.

Berdasarkan rekomendasi Satuan Tugas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hipertensi pada anak adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik dan atau diastolik rata-rata berada pada persentil besar sama dengan 95 menurut usia dan jenis kelamin, yang dilakukan paling sedikit tiga kali pengukuran.

Klasifikasi hipertensi berdasarkan derajatnya adalah hipertensi ringan, bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik berada 10 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus remaja 150/100-159/109 mmHg). Hipertensi sedang, bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik lebih besar dari 20 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus remaja besar dari 160/110 mmHg).

Tekanan yang terlalu tinggi menyebabkan jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, terjadi gagal jantung. Kegagalan ini menghambat asupan oksigen dan nutrisi ke otak yang berakibat stroke.

Hal ini tentu menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa yang bergantung pada kualitas generasi muda. Apalagi laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada orang dewasa hipertensi menjadi 51 persen penyebab kematian akibat stroke, dan 45 persen kematian karena jantung koroner.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar