Sang Pemburu Berita |
Suhu Bumi Naik 0,5 Derajat Celcius pada 2012 Posted: 20 Jan 2013 10:36 PM PST
Seperti dilansir Live Science, data yang dipublikasikan National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan National Oceanic dan Atmospheric Association (NOAA), pada 15 Januari 2013) kemarin menyebutkan, 2012 merupakan tahun terpanas kesembilan sejak 1880. Dari sembilan tahun terpanas itu, delapan di antaranya terjadi sejak 2000 hingga 2012 kemarin. "Namun ilmuwan sempat ragu, di antara tahun 2005 dan 2010, tahun yang mana yang lebih panas, karena pada kedua tahun itu suhu udara yang tercatat relatif hampir sama," jelas media itu. Data terbaru yang diungkap NASA dan NOAA membuat ilmuwan mengkhawatirkan tren jangka panjang yang dipicu emisi karbon dioksida dan dan gas rumah kaca lainnya, yang menjadi penyebab terjadinya global warming (pemanasan global). Menurut James Hansen, direktur NASA Goddard Institute for Space Studies, saat ini Planet Bumi sudah dalam konsisi yang tidak seimbang, sehingga ilmuwan dapat memprediksi dengan yakin bahwa pada dekade-dekade berikutnya, Bumi akan menjadi "lebih hangat" dibanding beberapa dekade terakhir. Untuk menghitung temperatur permukaan Bumi secara global, para ilmuwan NASA Goddard Institute for Space Studies di New York mengumpulkan data suhu dari 1.000 stasiun cuaca di seluruh dunia, dan menggabungkannya dengan suhu permukaan laut yang didapat dari citra satelit dan data dari stasiun penelitian di Antartika. Dari metode ini, diketahui kalau suhu permukaan Bumi secara global pada 2012 sekitar 58,3 derajat Fahrenheit (14,6 derajat celcius), atau sekitar 1 derajat Fahrenheit (0,6 derajat Celsius) di atas rata-rata 1951-1980. Kondisi ini mengakibatkan suhu planet secara keseluruhan pada tahun itu mengalami "tahun yang hangat". Kondisi inilah yang membuat benua Amerika dilanda cuaca yang teramat panas pada tahun lalu, dengan suhu yang memecahkan rekor dibanding suhu terpanas yang pernah tercatat sebelumnya. Pada 2012, suhu rata-rata di benua Amerika mencapai sekitar 55,3 derajat Fahrenheit (12,9 derajat celcius) atau 3,25 derajat Fahrenheight (1,8 derajat Celcius) lebih tinggi dari suhu rata-rata yang tercatat pada 1951-1980. "Suhu di negara kami telah memecahkan rekor dengan kenaikan lebih dari satu derajat, dan ini cukup mengesankan karena benar-benar memecahkan rekor," kata Thomas R Karl, direktur NOAA Pusat bidang Data Iklim Nasional. Musim semi dan musim panas yang sangat hangat di Amerika Serikat pada tahun lalu memicu proses vegetasi tumbuhan yang lebih awal, yang diikuti kondisi kekeringan ekstrim yang hingga kini masih berlangsung. Temuan ini kian menyadarkan, bahwa emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana yang memanaskan planet ini, memerangkap panas dari Matahari yang seharusnya terpantul kembali ke ruang angkasa. NOAA mengakui, jumlah partikel pemicu pemanasan global ini memang meningkat drastis sejak munculnya revolusi industri pada 1880. Jika sebelumnya konsentrasi karbon dioksida di atmosfer tercatat sekitar 285 parts per juta, saat ini tercatat lebih dari 385 parts per juta . Meskipun karbon dioksida dapat berasal dari sumber alami, seperti dari pembakaran bahan bakar fosil untuk listrik masyarakat modern. Dampak yang menakjubakan akibat terjadinya peningkatan suhu Bumi yang mencapai lebih dari 1 derajat pada tahun lalu, adalah menghilangnya es laut di laut Kutub Utara pada musim panas dan musim gugur akibat mencair. "Hilangnya es tersebut dapat berimplikasi secara global, karena mempengaruhi ketinggian permukaan air laut dan pola cuaca di seluruh planet ini," tegas Karl. |
You are subscribed to email updates from Sang Pemburu Berita To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar