Sang Pemburu Berita |
Ajaran Islam di Indonesia Mengandung Bid'ah dan Syirik - 6 Posted: 29 Sep 2012 08:37 PM PDT Apa saja yang Anda lakukan setelah memakamkan sanak saudara atau keluarga Anda yang meninggal dunia? Hati-hati, sebelum melakukannya carilah dulu sumber rujukannya di dalam Islam agar apa yang Anda lakukan diridhoi Allah SWT, dan tidak menjadi bid'ah. Di kalangan umat Islam dimana pun di Indonesia terdapat sebuah tradisi untuk memperingati kematian sanak saudara dan keluarganya pada hari-hari tertentu, yakni selamatan hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100 dan ke-1.000 hari meninggalnya almarhum/almarhumah. Dalam tradisi ini, si ahli waris mengadakan tahlil dan yasin yang dilengkapi dengan berbagai suguhan makanan serta minuman. Dari segi kemanusiaan, tradisi ini sangat memprihatinkan karena keluarga yang sedang berduka harus menyiapkan dan mengeluarkan dana yang tidak sedikit, sehingga jika sang ahli waris termasuk keluarga tak mampu, hal ini tentu sangat memberatkan, sehingga, lagi-lagi, berutang pun menjadi pilihan. Jika Anda cari dalil pelaksanaan tradisi ini dalam Al Qur'an dan hadist yang merupakan sumber rujukan umat Islam, ajaran tradisi ini takkan ada. Tapi cobalah buka sejumlah buku ajaran agama Hindu, maka ajaran untuk tradisi ini akan Anda temukan. Ustad Abdul Aziz menjelaskan, tradisi selamatan hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100 dan ke-1.000 ada dalam kitab Kitab Mahanarayana Upanisad, Kitab Manawa Dharmasastra Weda Smerti halaman 99, 192, dan 193, serta buku karya Ida Bedande Adi Suripto berjudul "Nilai-nilai Hindu Dalam Budaya Jawa, Serpihan yang Tertinggal". Ida Bedande adalah duta agama Hindu untuk Nepal, Vatikan, Roma, dan India. Saat ini dia menjabat sebagai sekretaris PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia). Tradisi selamatan pada hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100 dan ke-1.000 juga terdapat dalam Kitab Sama Veda halaman 373 ayat 1, dalam Kitab Sama Veda Samhita, dan termasuk dalam rukun iman umat Hindu (Panca Sradha): 1. Percaya adanya Sang Hyang Widhi 2. Roh leluhur 3. Karmapala 4. Smskra manitis 5. Moksa Panca Sradha memiliki rukun yang disebut Panca Yajna, yang artinya lima macam selamatan. Terdiri dari : 1. Dewa Yajna adalah selamatan untuk Ida Sang Hyang Widhi Yasa 2. Pritra Yajna adalah selamatan kepada leluhur yang dilaksanakan pada hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100 dan ke-1.000 3. Manusia Yajna adalah selamatan untuk atman, biasanya selamatan pada hari kelahiran atau ulang tahun 4. Rsi Yajna, selamatan untuk almarhum para sesepuh atau orang yang dituakan. Di kalangan umat Islam disebut khaul untuk memperingati hari wafatnya ulama/kyai atau orang yang dituakan. 5. Buta Yajna, selamatan untuk semua makhluk, biasanya dilaksanakan dalam bentuk melarung sesajian atau makanan ke laut. Umat Islam di beberapa wilayah di Pulau Jawa biasanya melakukan ritual ini menjelang Ramadan. Ritual ini, menurut Ustad Abdul Aziz, bertentangan dengan Firman Allah SWT dalam Surah Az-Zariat ayat 57 yang berarti; "Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari manusia dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberiku makanan". Juga bertentangan dengan firman Akllah SWT dalam Surah Al-Anam ayat 14. Dalam ajaran Islam, yang disarankan bagi keluarga yang ditinggalkan oleh sanak keluarganya adalah bersedekah jika memiliki kelebihan harta dengan tanpa menunggu hingga tiga hari, tujuh hari hingga 1.000 hari pasca wafatnya almarhum/almarhumah. Ada yang mengatakan bahwa yang terbaik untuk disedekahkan adalah barang yang ditinggalkan almarhum/almarhumah, baik berupa pakaian, perhiasan, atau lainnya. (bersambung) |
You are subscribed to email updates from Sang Pemburu Berita To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar